Herman, seorang perajin peti mati di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, kebanjiran pesanan setelah libur Idul Fitri 1442 Hijriah. Dalam satu harinya, ia menerima pesanan sekira 15 20 peti mati. Meningkatnya pemesanan peti mati tersebut seiring lonjakan angka kematian akibat Covid 19 di DKI Jakarta belakangan ini.
Dengan banyaknya pesanan, Herman dan pekerjanya harus bekerja keras menyelesaikan pesanan yang jumlahnya cukup banyak. Herman mengaku permintaan peti mati tersebut datang dari berbagai RS rujukan Covid 19 meningkat. "Dalam satu hari bisa 15 20 pesanan, biasanya padahal kisaran kurang dari 10 per hari. Malah waktu itu pernah sampai 40 per hari," kata Herman di Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu (23/6/2021).
Banyaknya pesanan peti mati dari RS rujukan Covid 19 membuat Herman dan para pegawainya harus ekstra bekerja dari pagi hingga malam untuk memenuhi permintaan yang masuk. Beda dengan peti mati umum, peti untuk jenazah pasien Covid 19 dilapisi plastik, aluminum foil, dan pada bagian penutup peti dilapisi lem perekat untuk mencegah masuknya udara. Tujuannya agar saat proses pembusukan jasad terjadi petugas pemakaman tidak tertular Covid 19 dari jenazah, prosedur ini merupakan bagian dari protokol pemulasaran jenazah pasien Covid 19.
"Walaupun kita sudah dari tahun lalu bikin peti mati untuk pasien Covid 19 tapi sekarang kewalahan juga karena banyak pesanan dari RS. Karena untuk pengerjaan peti mati kan butuh waktu," ujarnya. Ia tidak membeberkan harga peti yang dibuatnya. Herman menuturkan harga peti mati umum dengan pasien Covid 19 memang berbeda karena harus mengikuti prosedur pemulasaran jenazah pasien Covid 19.
Peti mati pasien Covid 19 yang sudah jadi diambil pihak RS rujukan yang menangani tahap awal pemulasaran jenazah, setelahnya peti diserahkan ke petugas makam untuk dikuburkan. "Biasanya dari RS itu datang ambil peti pesanan malam hari, datang pakai ambulans. Sekali ambil itu bisa beberapa peti, memang sekarang lagi banyak pesanan untuk jenazah Covid 19," katanya.